Sikap pemerintah yang seakan memberi ruang bagi diperpanjangnya izin FPI menuai banyak kontroversi.
Tak terkecuali dari Tokoh Nasional, Prof. Dr. AM. Hendropriyono
menyatakan tidak sepakat dengan tendensi kebijakan pemerintah yang
melunak terhadap FPI.
“Jangan sampai gara gara takut pada FPI yang jumlahnya Cuma 200 ribu,
pemerintah malah mengorbankan rakyat yang jumlahnya 267 juta,” katanya.
Hendropriyono menambahkan bahwa tidak ada jaminan bahwa jika pemerintah
merangkul FPI lalu FPI bisa berlaku sesuai dengan koridor yang
ditentukan pemerintah.
“Kartosuwiryo yang sangat besar saja kita berhasil tumpas, masa sama FPI yang kecil kita malah tunduk?”, paparnya.
“Jangan sampai manuver politik pemerintah justru membuat gembos semua
alternative strategi menghadapi kaum intoleran ini,” tegasnya.
Secara konseptual, Hendropriyono menjelaskan bahwa Negara demokrasi
liberal jika tidak diatur dengan baik bisa menjadi tempat subur untuk
berkembangnya terorisme.
Dalam konteks Indonesia, bahkan Bung Karno dan Pak Harto yang totaliter
saja kewalahan menghadapi kelompok intoleran, apalagi dengan sistem
sebagaimana sekarang yang cenderung demokrasi liberal.
“Sedangkan dalam konteks hukum positif, kita nggak punya payung kuat. UU
Kamnas tak jadi jadi, UU Anti Subversi bahkan sudah dicabut. Artinya
kita sekarang seperti telanjang bulat menghadapi satu ekor kobra”,
terang Tokoh Intelijen tersebut, Senin (2/12/2019). [
sp]
0 Komentar